RUMAH SAKIT kok SAKIT


Era JKN bagi Rumah Sakit hari ini seperti sedang mengunyah permen NANO NANO, rame rasanya ada manis dan asemnya.

Manis rasanya, hanya di era JKN lah rumah sakit mengalami pertumbuhan kunjungan pasien yang signifikan, beberapa rumah sakit yang tadinya sehari dikunjungi oleh ratusan mendadak diatas seribu pasiennya per harinya di rawat jalan.

Tentu hal ini memicu pasien rawat inap menjadi tinggi dan tindakan operasi ikut naik serta layanan penunjang pun kelimpahan pasien.

Boleh dikatakan naiknya angka kunjungan di rawat jalan akan berdampak kepada jumlah pasien di unit layanan lainnya.

Fenomena lain adalah banyaknya orang sehat yang datang kerumah sakit, boleh di bilang satu orang sakit bisa diantar 4-6 orang sehat. Itu artinya jika ada pasien 1000 sehari di rawat jalan maka sebenarnya total yang datang adalah 5000 asumsinya jika 1 pasien diantar oleh 4 orang.

Ini setara dengan final piala Thomas Cup Indonesia Vs China jaman dulu. ( Soale sekarang langka masuk final lagi Indonesianya).

Jika jeli melihat ini adalah PELUANG, maka datangnya orang sehat ini harus direspon dengan memperkuat layanan orang sehat baik secara organik maupun non organik.

Secara organik dengan mendayagunakan aset yang ada semisal Kantin GIZI SEHAT, Loundry untuk penunggu pasien, medical check up.

Secara un organik dengan menghadirkan bisnis diluar core rumah sakit semisal Salon, Kantin, fresmart, dan sebagainya.

ASEM rasanya karena belakangan ini BPJS bersin terus soal pembayaran, padahal dahulu kala diawal perjalanan bayaran cefat ( diatas cepat ) dan full sesuai tagihan, namun dikemudian hari mulai agak delay dan dicicil dan belakangan mulai menurunkan Kelas Rumah Sakit.

Yang A jadi B, yang B jadi C yang C jadi D malah ada yang turun 2 step dari A menjadi C. dana kayanya ini mayoritas turunnya.

Apakah Rumah Sakit bisa bertahan atau bertahap balik kanan karena nngak nahan? Dengan kondisi Asem yang dialami.

Siapa yang bertahan?  Siapa yang nngak nahan?

Yang bertahan adalah rumah sakit yang memiliki sumber pembayaran BANYAK tidak hanya satu BPJS. dalam kondisi turbulensi diatas, rumah sakit ini masih bisa mengandalkan payer lain selain BPJS.

Beberapa rumah sakit sebenarnya sudah banyak mengembangkan sumber pendapatan lain semisal dari layanan asuransi dan perusahaan namun belum menjadi fokus utama semua habis waktunya untuk melayani pasien JKN.

Padahal kalau belajar dari S.O.S layanan Rumah Sakit tanpa Rumah Sakit yang fokus melayani pekerja lepas pantai, tambang dan expatriat hingga saat ini eksis melayani pasiennya.

Selain itu juga sudah banyak rumah sakit yang membangun noncore business nya dengan memanfaatkan area publik untuk melayani orang sehat.

Sebuah rumah sakit dijakarta malah kantinnya jadi pilihan orang yang berkantor disekitarnya karena kantinnya dikenal menunya enak dan bergizi.

Yang nngak nahan adalah rumah sakit yang tidak memiliki sumber pendapatan lain sehingga kondisi casflownya sangat tergantung kepada BPJS.

Bagaimana yang nngak NAHAN bisa BERTAHAN?  bisakah? Bisa jawabannya.

Jarak antara kemauan dan realisasi itu bisa diperpendek, asal punya Kemauan, Pengetahuan dan Jaringan.

Kemauan, artinya manajemen rumah sakit harus menjadi nahkoda yang mampu membawa rumah sakit keluar dari kemelut cashflow saat ini dengan membuka jalan baru yang lebih prospek untuk keberlanjutan rumah sakit.

Pengetahuan, artinya manajemen harus mempunyai sumber bertanya untuk membuat tahapan tahapan menghadapi Turbulensi saat ini, ada baiknya belajar dari story rumah sakit lain akan lebih baik karena homogen.

Teman, artinya manajemen harus membuka jaringan seluas luasnya agar rumah sakit dapat keluar dari kemelut cashflow rumah sakit dengan membuka kerjasama Layanan dan non Layanan.

Comments

Popular Posts