COMFORT ZONE : Males dan MISKIN IDE


SDM bagi perusahaan seperti dua mata pisau, sebagai aset atau sebagai beban. sebagai aset jika SDM dipandang sebagai Aset yang dapat membantu perusahaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

sebagai beban, jika SDM yang dimiliki sudah tidak bisa dikembangkan dan hanya bisa dipekerjakan. untuk hal ini sering bermunculan di perusahaan dengan ragam prilaku :
1. SDM Gajah duduk, sulit dirotasi dan sudah menjadi raja kecil di unit kerjanya
2. SDM Teng Go, saat jam pulang GO ( alias pulang lebih awal)
3. SDM bercula 1, tak bisa diajak diskusi alias keras kepala dengan pendapatnya
4. SDM lembur semu, datang pagi, tak ada yang dikerjakan, mulai kerja siang sampai lembur ( berburu uang lembur)
5. SDM Kapal Selam, datang tepat waktu tak ada yang dikerjakan dan pulang tepat waktu
6. SDM Lumba lumba, sibuk sana sini namun tidak ada yang dikerjakan.

dan hal diatas menjadi beban bagi perusahaan, karena kehadirannya 100% sudah berlawanan dengan keinginan perusahaan yang menginginkan SDM nya bersinergi dalam bekerjasama mencapai tujuan organisasi.

kelompok diatas sudah terjebak dalam kondisi Comfort Zone ( ingin nyaman dan nngak mau susah) , dan gejala ini biasa muncul setelah melewati masa kerja diatas 3 tahun pertama.

efek yang muncul jika tidak diantisipasi adalah perusahaan terbebani dengan hadirnya SDM diatas dengan tipe umum : males dan miskin Ide untuk kemajuan perusahaan.

bagaimana mengakhiri kondisi ini disaat yang lain berjibaku dengan kondisi turbulensi perusahaan dalam mempertahankan eksistensinya.

banyak cara yang ditempuh, satu diantaranya adalah ROTASI yang berkelanjutan dengan selalu memberi tantangan baru bagi setiap SDM, hal ini didasari seperti hal nya ikan salmon yang selalu memilih hidup di dalam arus deras dan berlawanan arus dengan dirinya.

jika dahulu rotasi dilakukan setelah SDM menempati satu unit kerja sampai dengan 2 tahun, saat ini beberapa perusahaan sudah menerapkan rotasi per 3 bulan dengan menempatkannya pada unit kerja yang akan menguras pengetahuan, pengalaman dan kompetensinya untuk dituangkan diunit kerja barunya.

hal ini memang seperti merepotkan, namun hal ini akan selalu memberi energi baru bagi perusahaan secara terus menerus, dan hal ini sangat dibutuhkan dalam mempertahankan eksistensi perusahaan hari ini dan masa depan. 

Comments

Popular Posts