birokrasi ULAR TANGGA

Dalam penyelenggaraan pelayanan rumah sakit selain melayani pelayanan pasien secara rutin, seringkali muncul adanya permintaan mendadak yang harus disiapkan oleh pihak manajemen.

Dari sisi peluang ini momentum yang harus diambil namun dari sisi internal hal ini harus dikomunikasikan dengan banyak pihak dan lintas fungsi. 

Terkait hal ini seringkali muncul permasalahan yang berdampak tidak jadinya peluang yang datang diambil oleh manajemen bukan karena tidak memiliki SDM, FASILITAS dan PERALATAN yang dibutuhkan, namun karena rumitnya pengambilan keputusan yang harus diambil. 

Satu penyebab yang sering terjadi adalah hadirnya model BIROKRASI ULAR TANGGA. 

birokrasi ular tangga menjadikan sebuah proses pengambilan keputusan diambil secara berjenjang dan lintas fungsi dan perlu adanya  dukungan dokumen surat suratan yang isinya mohon di kaji, mohon arahan, dan tolong tindak lanjuti saat pengambilan keputusan harus diambil. 

Dengan ragam alasan kesibukan seringkali proses diatas  lambat diputuskan sehingga momentum peluang menjadi hilang. 

Hal ini pernah terjadi disebuah rumah sakit di jakarta, saat tim matketing harus gigit jari kehilangan peluang pelayanan kesehatan dari sebuah perusahaan hanya karena proses surat menyurat antar unit yang terlibat masih berjalan sehingga di hari yang dijanjikan akhirnya diputuskan untuk membatalkan peluang tersebut oleh tim marketing ke perusahaan yang menawarkan. 

Sejatinya pengambilan keputusan di rumah sakit 80% adalah menyangkut masalah operasional dan bisa diselesaikan tidak harus dengan surat suratan dengan mohon arahan, tolong kajo dan tibdaklanjuti.

Masalah operasional sejatinya hanya perlu diselesaikan dengan komunikasi efektif melalui pertemuan bersama lintas fungsi yang terlibat dan langsung diputuskan saat pertemuan berlangsung untuk dijalankan. 

Jadi saat peluang datang, mekanisme yang diambil bukan dengan surat suratan namun langsung dengan mengumpulkan pihak terkait untuk membahas dan menyepakatinya apakah akan diambil atau tidak.