mem PHK di saat PERUSAHAAN MAJU

Tulisan tetangga 

MENGAPA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN TEKNOLOGI MELAKUKAN PHK?
(THE FUTURE AND HOW TO SURVIVE)
**
Beberapa minggu ini, media-media mengeluarkan berita-berita yang cukup mengejutkan.
Beberapa perusahaan teknologi global seperti Google, Microsoft, Facebook (Meta), Amazon, melakukan PHK masal, yang kalau ditotal jumlahnya lebih dari 150,000. PHK yang terjadi di atas, mematahkan beberapa mitos yang tidak benar, seperti di bawah ini:
Pertama, Mitos bahwa “PHK hanya dilakukan oleh perusahaan yang rugi”
Well, perusahaan-perusahaan yang melakukan PHK di atas tidak ada yang rugi. Semuanya untung (dalam jumlah yang besar), profitable!
**

Mitos Kedua adalah,”Yang di PHK hanyalah karyawan-karyawan yunior  atau yang masa kerjanya rendah (atau belum lama bekerja di perusahaan).”
Menurut Forbes, karyawan-karyawan yang di PHK itu masa kerjanya rata-rata 11.5 tahun, dan banyak yang di level senior.  Kenapa? Salah satu alasan melakukan PHK adalah cost efficiency, kalau yang di PHK hanya yang level Yunior (yang gajinya rendah), maka cost efficiency tidak tercapai.
**

Mitos ketiga adalah,”Yang di PHK adalah yang performance-nya rendah”
Well, di perusahaan-perusahaan itu, yang performance tinggi, tapi departemen di mana dia bekerja digantikan oleh automatisasi (software atau artificial intelligence), tetap saja dia akan terkena PHK.
**

Ok, terus apa yang sedang terjadi saat ini? Mengapa perusahaan-perusahaan yang sedang profitable itu sibuk melakukan PHK (lay-off)?  Saya pernah menuliskan di artikel saya sebelumnya , bahwa objective bisnis untuk semua perusahaan saat ini adalah: “Deliver Today and Prepare for Tomorrow”
Apakah perusahaan anda sudah menghasilkan profit? Congratulations. Harus selebrasi, karena ada perusahaan yang sudah lama START, tapi profitnya belum pernah UP (you know which company I am talking about). 
Tetapi, make profit for today is not the only task. Ada tugas lain yang juga lebih penting, Prepare for tomorrow.

 Kodak pernah made profit, tapi kemudian bangkrut. Nokia mobile phone sempat profit nya gila-gilaan tapi tutup. Jadi selain Deliver today, make today’s profit itu hanya salah satu tugas penting. 

Prepare for tomorrow. Perusahaan seperti Google , Microsoft , Amazon tidak lagi bisa mengandalkan layanan mereka sekarang untuk terus menerus diandalkan sebagai satu-satunya revenue di masa depan.

Suatu saat  bisa saja:
- Product mereka tidak relevant lagi bagi pelanggan (yang terus berubah), atau
- Ada product saingan yang lebih baik dan lebih murah

Maka mereka harus mencari product/layanan lain yang lebih handal dan terus menerus relevant. 
Padahal untuk prepare for tomorrow kan perlu dana. Dana itu diambil dari cost efficiency yang mereka lakukan di atas.
**
Kok Paranoid amat sih? Well , you have to be paranoid, kalau hanya happy-happy dan tidak waspada, siap-siaplah kalau bisnis anda mengikuti jalurnya para legenda besar di masa lalu yang kini bangkrut.
Terus kalau kita jadi karyawan gimana dong?
Perform at your best dalam job sekarang, kemudian bersiap-siaplah untuk mempelajari kompetensi lain, sehingga, anda tidak di-PHK, atau kalaupun di-PHK maka anda bisa lebih mudah mencari pekerjaan lain.
**

Kalau jadi perusahaan, apa yang perlu dilakukan dalam suasana bisnis yang penuh ketidakpastian ini?

Richard Dobbs merekomendasikan 4 langkah di bawah ini (dikutip dan disarikan dari Harvard Business Review):
a) Be paranoid.
Apapaun yang terjadi jangan lengah. Waspadalah. Kalau situasi financial sedang membaik, berinvestasilah untuk masa depan. Ingat, tiada yang kekal dan abadi di dunia ini. Sehebat apapun product anda, suatu saat pasti akan ada product lain yang lebih baik, lebih murah atau lebih relevant dengan kebutuhan pelanggan (yang terus menerus berubah).
Kalau anda tidak bersiap-siap, anda akan punah.
Caranya gimana? Terus meneruslah untuk mengamati perilaku pelanggan, Analisa, prediksi behavior anda ke depan. Perhatikan masalah mereka. Semua product yang anda design harus memecahkan masalah mereka di masa depan (yang mungkin belum terpikirkan oleh mereka saat ini).
**

b) Radically self-disrupt.
Kirim sense of urgency ke semua karyawan di semua level. Setiap karyawan tidak boleh merasa nyaman. Ingat nyaman adalah lawan dari semua kemajuan. Kalau mau nyaman, siap-siap, gak akan maju. Kalau mau maju, siap-siap, gak akan nyaman.
Sebuah bank yang merecrut banyak insinyur IT padahal dulunya karyawannya adalah ribuan teller, pasti ada sedikit “kekacauan” di dalamnya.
Sebuat perusahaan jalan toll yang dulunya banyak penjaga toll, saat harus mengganti penjaga toll dengan system automatis, pasti ada kekacauan.
Leader yang focus pada masa depan, sengaja membuat sedikit kekacauan, self disrupt!, agar semua karyawan mengerti bahwa sebuah perubahan sedang berjalan.

Lakukan apapun yang membuat semua karyawan:
- kaget,
- tidak nyaman 
- mengerti sense of urgency bahwa kita tidak bisa santai-santai saja menghadapi masa depan
- terus menerus waspada dan tidak lengah

Tentu saja tugas leader di semua lini penting untuk mengawal perubahan, dan meredam “self-disruption” agar tidak menjadi resiko besar bagi kelangsungan bisnis.
Mereka harus mampu berkomunikasi, dan menjelaskan, mengapa perubahan harus dijalankan, apa yang akan dijalankan, apakah challenge yang akan dihadapi, dan bagaimana bersama-sama mengatasi challenge tersebut.
**
c) Build new intellectual assets.
Jaman dulu kita sangat mementingkan asset fisik. Cash, Bangunan, tanah, atau hal-hal lain yang terlihat.
Itu tetap masih penting, tapi tambahkan juga asset intellectual bagi bisnis anda. Brand yang credible.
Consumer data yang bisa dianalisa dan digunakan. Software, business process, algoritma, platform bagai komunitas anda, dan banyak asset serta platform yang dibuat untuk memastikan bahwa saat product/layanan anda diluncurkan, ekosistem sudah ada dan mendukungnya.
I-Phone tidak akan sesukses sekarang ekosistemnya tidak bagus. 
Semua product handal saat ini tidak bisa lagi stand alone, harus punya connectivity dengan product lain atau community yang mengelilinginya.
**
D) Go to war for talent.

In the end of the day, perang tidak dimenangkan karena senjata yang lebih bagus. The war is won by “the man behind the guns”. Carilah, burulah, kejarlah talent-talent yang anda butuhkan untuk menyelamatkan perusahaan anda dari badai “ketidakpastian” di masa depan.
Ingat, untuk  masa depan, anda sekarang perlu mengembangkan product/service baru yang belum anda punya sekarang. Product itu belum tentu bisa dikembangkan oleh talent-talent anda sekarang.
Cari mereka, kejar mereka, hire mereka. Jangan mengeluh karena mereka mahal, mereka dibutuhkan banyak perusahaan. The rule of demand supply akan berlaku. Jangan irit, jangan pelit. This is about inversting for your survival in the future!
**
Jadi ingat beberapa rekomendasi bagi perusahaan, organisasi dan entrepreneur, untuk survive di masa depan yang semakin tidak pasti, lakukan beberapa hal ini:
- Be Paranoid
- Radically disrupt yourself
- Build new intellectual assets.
- Go for the war of talents
**
Salam Hangat, 
Pambudi Sunarsihanto

Comments

Popular Posts